Technologue.id, Jakarta – Para traveler memang punya cara yang berbeda-beda saat memesan hotel. Sebagian memilih langsung datang ke hotel alias walk in, sisanya memilih melakukan pemesanan secara online. Namun jika melihat dari tren saat ini, pesan hotel secara online memang lebih banyak diminati, khususnya di momen-momen liburan panjang. Menurut laporan Criteo “Travel insights 2018”, spesialis dalam personalized retargeting, puncak pemesanan travel orang di Perancis terjadi pada bulan Juli (40 persen) dengan kenaikan sebesar 18 persen terjadi hanya di musim panas, dibandingkan dengan sepanjang tahun. Laporan ini juga menunjukkan pencarian pada smartphone dan aplikasi pemesanan travel telah mencapai pencapaian baru, yakni hampir 89 persen dari traffic dan merupakan pemesan pada menit-menit terakhir. Dengan segala penawaran menarik dari online travel agent (OTA), ada baiknya pengguna selalu berhati-hati ketika memesan fasilitas travel online. Karena penjahat siber nyatanya memasang jebakan di suatu perangkat saat pencarian di periode yang spesifik di sepanjang tahun. Temuan ini diungkapkan oleh Bastien Dubuc, Country Manager, Consumer, di Avast Perancis. “Baik transportasi maupun akomodasi liburan, kebanyakan pemesanan dilakukan secara online. Kemampuan untuk membandingkan penawaran pada waktu dan tempat sesuai pilihan mereka telah menggantikan waktu yang harus dihabilskan untuk bertemu dengan travel agent. Hal ini merupakan bagian dari digitalisasi praktek perancang liburan dan pola konsumsi baru," katanya.
Baca juga:
8 Jurus Melindungi Smartphone dari Tangan Jahil Hacker
Bagaimanapun, peretas secara konsisten akan mencari kelemahan dan kurangnya kesadaran konsumer mengenai keamanan cyber. Setiap kerentanan akan menjadi kesempatan untuk mereka. Oleh karena itu, pengguna internet yang kepalanya telah terpenuhi dengan rencana dan mimpi untuk berlibur, merupakan target yang ideal bagi peretas, karena tidak mungkin mereka akan memikirkan risiko cyber yang dapat ditimbulkan oleh reservasinya. "Pemikiran seperti itu adalah salah besar. Karena memesan/booking sama saja dengan membagikan informasi personal Anda secara online, seperti data perbankan, dan ini merupakan hadiah besar untuk para penjahat," pungkas Bastien. Untuk mengatasinya, sangatlah penting untuk mengadopsi beberapa kebiasaan simpel yang akan membuat pengguna internet terhindar dari ketidaknyamanan, di mana data mereka dicuri sebelum berangkat liburan:Baca juga:
Cara Agar Smart TV di Rumah Anda Tak Berubah Jadi Mata-mata
- Waspada terhadap email phishing. Selektif dalam membuka email yang masuk, terutama email yang terlihat tidak legal dan mencurigakan. Jika hal ini terjadi, lebih baik untuk Anda tidak mengklik link dan attachment yang tertera. Jika benar email tersebut adalah malicious, malware akan berpotensi mengatur perangkat pengguna dan memberikan akses kepada peretas untuk mencuri informasi seperti kredensial login atau nomor kartu kredit. Pengguna internet juga dapat diarahkan menuju sebuat situs imitasi layaknya situs official dan diajak untuk “mengatur ulang password mereka”, atau memasukkan data pribadi guna “membenarkan” kesalahan akun palsu. Jika Anda ragu-ragu, membuka halaman baru, hubungi perusahaan penyedia aplikasi tersebut, untuk memastikan bahwa email dikirim dari layanan mereka. Hal ini akan menghalang pencurian data dan jika upaya pada pencurian data sedang berlangsung perusahaan dapat mengambil langkah yang diperlukan untuk mengingatkan semua kontaknya.
- Membuat kredensial yang unik. Setiap akun online harus memiliki login dan kata sandi yang unik. Sehingga ketika penjahat cyber meretas sebuah website, dia tidak dapat mengakses akun lain dari pengguna. Sebagai tambahan, tidak ada rahasia, bahwa kata sandi terbaik adalah gabungan dari simbol yang bervariasi, di mana mereka harus memasukkan huruf kapital, angka dan karakter spesial dengan jumlah lebih dari delapan karakter. Untuk membuat pekerjaan peretas semakin sulit, kata yang tidak dikenali oleh kamus akan meningkatkan keamanan akun pengguna. Dihadapkan dengan banyaknya website dan aplikasi, kreasi kata sandi yang unik sangat membatasi pengguna yang biasanya memilih kata sandi yang sama untuk semua akun.
Baca juga:
Awas, Fitur Telegram Ini Bisa Dimanfaatkan untuk Membobol Akun Anda!
- Verifikasi keberadaan “https” dan gembok berwarna hijau. Saat Anda melakukan pembayaran, jika website tidak memiliki “https” dan gembok hijau pada bar alamat, konsumen seharusnya tidak menyelesaikan pembayaran tersebut. Ini berarti website tersebut tidak menyediakan enkripsi atau keuntungan dari sertifikat otentifikasi yang disediakan oleh otoritas tepercaya. Ini berarti dia tidak secara proaktif melindungi data sensitif pengguna.
- Mengadopsi otentifikasi dua faktor. Ini memungkinkan untuk mengatur beberapa tingkatan proteksi yang akan menyulitkan orang yang tidak berwenang untuk mengakses informasi. Sebagai contoh, pengguna akan menerima kode unik pada telepon mereka setiap bertransaksi, dan memasukkannya pada situs guna menyelesaikan transaksinya. Ini berarti, jika penjahat cyber berhasil mendapatkan kata sandi konsumen, dia tidak dapat bertindak lebih jauh lagi dikarenakan dia tidak memiliki faktor kedua yang dibutuhkan
- Metode pembayaran yang aman. Idealnya, setiap transaksi keuangan secara online menggunakan kartu kredit harus dilakukan dengan proteksi dari pencurian. Kini, kebanyakan kartu kredit memungkinkan Anda untuk melaporkan transaksi curang dalam kurun waktu 30 hari saat ditemukan kecurang tersebut pada pernyataan bank. Kalau tidak, kita dapat menggunakan servis pembayaran online seperti PayPal yang menolak memasukkan detail bank.