Technologue.id, Jakarta - CEO Grab, Anthony Tan dalam sebuah email kepada staf mengungkap layoff atau pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagai hal yang menyakitkan tetapi perlu dilakukan. Perusahaan melakukan PHK sebanyak 1.000 karyawan lebih, terbesar sejak 2020.
Dikutip Cnbc.com, Grab Holdings yang berbasis di Singapura memangkas lebih dari 1.000 pekerja dalam upaya untuk mengelola biaya dan mengatur ulang perusahaan dalam lanskap yang kompetitif.
Baca Juga:
Acer Rilis Laptop Baru Swift X 14 untuk Konten Kreator
CEO mengatakan pemutusan hubungan kerja bukanlah “jalan pintas menuju profitabilitas” tetapi memungkinkan Grab beradaptasi dengan lingkungan bisnis dan kemunculan A.I atau teknologi kecerdasan buatan.
“Tujuan utama dari langkah ini adalah untuk mengatur ulang diri kita secara strategis, sehingga kita dapat bergerak lebih cepat, bekerja lebih cerdas, dan menyeimbangkan kembali sumber daya kita di seluruh portofolio kita sejalan dengan strategi jangka panjang kita,” kata Tan.
Terkait nasib karyawan, Tan mengatakan Grab akan memberikan pembayaran pesangon atau berdasarkan pedoman undang-undang setempat. Pekerja yang di-PHK juga akan menerima perlindungan asuransi kesehatan hingga akhir tahun, dukungan repatriasi serta transisi karir dan dukungan pengembangan, di antara langkah-langkah lainnya.
Pengumuman ini muncul setelah COO Grab Alex Hungate mengatakan kepada Reuters pada September bahwa perusahaan tidak berharap untuk melakukan pemutusan hubungan kerja massal meskipun kondisi ekonomi melemah.
Baca Juga:
Fitur Baru iOS 17 Bisa Reset Kode Sandi
Hungate mengatakan Grab “sangat berhati-hati dan bijaksana dalam perekrutan apa pun.”
Sekadar informasi, perusahaan teknologi besar AS seperti Amazon dan Meta melakukan perekrutan besar-besaran selama pandemi karena lockdown meningkatkan bisnis. Namun akhirnya banyak yang kemudian memberhentikan ribuan pekerja karena kondisi bisnis telah kembali atau mendekati kondisi ketika sebelum terjadinya pandemi.