Technologue.id, Jakarta - PT Telkom Indonesia Tbk (Telkom) optimis mampu meningkatkan kinerja hingga akhir 2019. Peningkatan pendapatan dan kontribusi dari bisnis digital serta investasi pembangunan infrastruktur broadband yang berkelanjutan diharapkan mampu menjadi pendorong kinerja Perseroan. Direktur Keuangan Telkom Harry M. Zen pada kesempatan Public Expose Live 2019 dalam rangka peringatan 42 tahun Pasar Modal Indonesia di Jakarta (19/8) mengungkapkan, “Memasuki semester II/2019 kinerja Perseroan kian sehat dan lebih baik dibanding tahun lalu.”
Baca Juga: Telkom Umumkan 125 Pemenang Undian IndiHome Miliarder Tahap 1
Sepanjang semester I/2019 Telkom mencatat kinerja Perseroan yang semakin cemerlang. Hal ini terlihat dari kinerja Perseroan yang kian meningkat, dimana laba bersih tumbuh hingga 27,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp11,08 triliun. Sementara itu, pendapatan konsolidasi tumbuh 7,7 persen menjadi Rp69,35 triliun dan EBITDA (Earnings Before Interest Tax Depreciation Amortization) juga mengalami peningkatan sebesar 16,9 persen menjadi Rp33,12 triliun. Pencapaian ini tak lepas dari fokus Perseroan terhadap mesin utama pertumbuhan yakni bisnis digital yang konsisten tumbuh dan menunjukkan kinerja signifikan. Bisnis ini tumbuh 22,6 persen menjadi Rp48,29 triliun atau berkontribusi kepada 69,6 persen atas total pendapatan konsolidasi. Bisnis digital terdiri dari layanan konektivitas broadband yang tumbuh 24,4 persen dan layanan digital yang tumbuh 15,6 persen. Seiring meningkatnya dinamika industri telekomunikasi, khususnya pada segmen bisnis seluler, Telkom berupaya menciptakan industri seluler yang sehat dengan menerapkan berbagai strategi marketing dan pricing untuk memonetisasi data, serta terus konsisten melaksanakan pembangunan infrastraktur.Baca Juga: Telkomsel Gelar Jaringan 4,9G di Pulau Kalimantan
Entitas anak usaha Telkom, Telkomsel yang saat ini tengah fokus terhadap bisnis digital juga menunjukkan kinerja yang semakin baik dengan membukukan Rp45,11 triliun pada pendapatan, Rp24,23 triliun pada EBITDA dan Rp12,71 triliun pada laba bersih dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 5,5 persen, 9,0 persen dan 8,4 persen dari periode yang sama tahun lalu. Pada bisnis fixed broadband dengan produk IndiHome, hingga akhir Juli 2019, Telkom mencatatkan pertumbuhan impresif dimana total pelanggan IndiHome telah mencapai lebih dari 6 juta atau tumbuh 45,1 persen dibanding semester pertama tahun lalu. Hal ini sekaligus memantapkan posisi IndiHome sebagai market leader bisnis fixed broadband di Indonesia. “Pertumbuhan jumlah pelanggan yang masif sejalan dengan peningkatan kualitas layanan kami, di antaranya dengan penguatan network, memperkaya konten, menawarkan beragam minipack menarik, serta terus melakukan improvement pada layanan purna jual. Hal ini juga merupakan upaya Telkom untuk terus menjaga excellent customer experience,” tambah Harry. Belanja modal Perseroan di semester 1/2019 ini sebesar Rp15,1 triliun atau 21,8 persen dari pendapatan. Belanja modal tersebut diperuntukkan bagi pengembangan jaringan dan infrastruktur, untuk mobile maupun fixed broadband. Pada bisnis mobile, belanja modal diperuntukkan bagi pembangunan Radio Access Network (BTS 4G) dan pengembangan sistem IT. Pemanfaatan belanja modal di layanan fixed broadband terutama untuk membangun jaringan akses dan infrastruktur backbone berbasis fiber optic untuk mendukung bisnis broadband seluler maupun fixed line. Sebagian belanja modal juga dimanfaatkan untuk pengembangan proyek lain seperti pembangunan menara. Tahun 2019 ini, Telkom berkomitmen dan berupaya untuk terus bertumbuh secara sehat, melalui 3 (tiga) program utama di tahun 2019. Pertama, Embracing Best in Class Digital Customer Experience, yaitu mentransformasikan pengalaman terbaik pelanggan dengan melakukan optimalisasi proses bisnis dengan memperkuat aspek system, process, dan people. Kedua, Intensifying Digital Business, yaitu melakukan ekspansi konektivitas broadband dan mendorong layanan dan solusi digital untuk mempertahankan dominasi pasar, dan ketiga, Driving Smart Initiatives on Cost Effectiveness, yaitu melakukan optimalisasi biaya dengan penekanan pada organisasi, sistem, dan proses bisnis yang lebih ramping serta memaksimalkan kapabilitas group. “Dengan kinerja yang telah ditunjukkan hingga tengah tahun 2019, kami optimis Perseroan dapat memberikan kinerja yang semakin baik dibanding tahun 2018,” tutup Harry.