Technologue.id, Jakarta - Teknologi kecerdasan buatan atau AI bisa dimanfaatkan untuk membuat sebuah "Ghostbots". Ini merupakan cara yang dilakukan untuk "menghidupkan kembali" orang yang telah meninggal dunia kepada keluarga yang ditinggalkan.
Dengan Ghostbots, keluarga yang ditinggalkan bisa melakukan suatu obrolan berbasis AI dengan avatar dari orang terkasih yang wafat. Meskipun tujuannya untuk menghadirkan "koneksi" kepada orang terdekat dan mengurangi kesedihan, ada dampak buruk di balik hal itu.
Seorang profesor telah memperingatkan bahaya yang ditimbulkan oleh Ghostbots AI terhadap orang yang berduka, termasuk memperburuk kesedihan mereka dan masalah terkait seperti halusinasi.
Menghidupkan kembali orang-orang terkasih yang telah meninggal dengan menciptakan 'ghostbots' AI dapat menyebabkan lebih banyak kerugian daripada manfaat terutama jika mereka menjadi “nakal”, seorang pakar psikoterapi memperingatkan, dikutip dari Dailystar.
Baca Juga:
Wujud Headset Meta Quest 3 Lite Terungkap, Ini Perkiraan Harganya
Nigel Mulligan, dari Dublin City University, khawatir mereka akan menyimpang dan menyuruh orang yang berkabung untuk “bergabung dengan mereka dalam kematian” atau bahwa mereka “tidak dicintai”.
Ia mengatakan hologram dapat menyebabkan lebih banyak kebingungan, stres, depresi, dan paranoia serta menghentikan kita berduka secara wajar. Profesor psikoterapi mengatakan melihat orang yang dicintai yang sudah meninggal bergerak dan berbicara lagi “mungkin memberikan kenyamanan”. Namun dia “prihatin” mengenai dampak potensial terhadap mereka yang “tertinggal”.
Dia berkata, “Saya tertarik dengan kemunculan robot hantu. Membangkitkan orang mati sebagai avatar berpotensi menimbulkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan".
“Ghostbots AI dapat semakin membuat trauma seseorang yang mengalami kesedihan yang rumit dan dapat memperburuk masalah terkait seperti halusinasi," jelasnya.
Dia mengatakan ada risiko mereka bisa mengatakan “hal-hal yang merugikan atau memberikan nasihat yang buruk”, dan menambahkan, “Bayangkan jika teknologi AI menjadi nakal dan mulai membuat komentar yang tidak pantas kepada pengguna".
“Akan sangat menyakitkan jika seorang ayah yang sudah meninggal disulap menjadi hantu AI oleh anak laki-laki atau perempuannya mendengar komentar bahwa mereka tidak dicintai atau disukai atau bukan favorit ayahnya," katanya.
"Atau, dalam skenario yang lebih ekstrim, jika ghostbot menyarankan pengguna untuk bergabung dengan mereka dalam kematian atau mereka harus membunuh atau melukai seseorang," tuturnya.
“Bot kematian” seharusnya hanya digunakan sebagai bantuan sementara bagi mereka yang berkabung, menurutnya. Ia berpendapat, sejauh mana pun teknologi berkembang, pengawasan manusia harus terus dilakukan.