Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Ideal untuk 5G, Mengapa Frekuensi 3,5GHz Hanya untuk Satelit?
SHARE:

Technologue.id, Jakarta – Frekuensi 3,5 GHz yang sudah ditempati untuk layanan satelit, tidak akan digunakan untuk layanan akses pita lebar atau broadband wireless access (BWA). Kendati ideal bagi 5G, namun pemanfaatan frekuensi tersebut belum akan diterapkan di teknologi kelima. Bagaimanapun juga satelit sudah terlebih dahulu di spektrum tersebut. Satelit yang memiliki pita frekuensi C-Band dianggap paling cocok untuk dipancarkan ke seluruh wilayah Indonesia. C-Band memiliki besaran 3.7 GHz hingga 4.2 GHz untuk downlink dan 5.925 GHz hingga 6.425 GHz untuk uplink.

Baca juga:

Indosat Ooredoo Gelar Trial 5G, Terbuka untuk Korporasi

"Band 3,5 GHz memang menarik. Karena di dunia, ini adalah salah satu kandidat 5G paling populer. Namun kebetulan Indonesia masih bergantung pada satelit C-band. Sampai saat ini, semua operator telco di Indonesia masih di C-band. Makanya asosiasi satelit sangat protektif pada C-band," ujar Denny Setiawan, Direktur Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI), saat berbicara di trial 5G Indosat Ooredoo, di Jakarta, Kamis (22/11/2018). Kendati demikian, pihaknya masih berdiskusi untuk pemanfaatan frekuensi tersebut agar tak menimbulkan masalah. Saat ini pemerintah mengalokasikan spektrum 3,5 GHz sebagai wadah lalu lintas data satelit.

Baca juga:

Dongkrak Pertumbuhan Pendapatan, Indosat Ooredoo Incar Infrastruktur Publik

Pemerintah menilai satelit memiliki peran yang sangat besar bagi Indonesia yang geografisnya terdiri dari ribuan pulau. Hal itulah yang masih menjadi pertimbangan penggunaan frekuensi menengah untuk 5G. "Jadi, nanti kita lihat apakah ada win-win solutions antara aplikasi untuk satelit dengan aplikasi untuk 5G ke depannya," tuturnya.

Baca Juga: SpaceX Siap Luncurkan 7.000 Satelit Internet

Ditambahkan Ronni Nurmal, VP Network Solutions Ericsson Indonesia, permasalahan penerapan 3,5 GHz untuk 5G bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Namun juga melanda sebagian besar negara di Asia. "Beberapa case seperti di Hongkong, Australia, dan India, sekarang mereka lagi menunggu co-exist antara satelit dengan cellular network. Pasti akan dibutuhkan detail studi, Ericsson bisa share misalkan dari segi pengukuran, hingga case study yang pernah kita lakukan di India, Australia, ataupun Hongkong. Tidak menutup kemungkinan juga kita perlu field test 3,5GHz co-exist di Indonesia, kita ada hitung-hitungan jarak dengan stasiun bumi, maka dari itu kita perlu support," ungkap Ronni.

SHARE:

XL Axiata Klaim Sukses Jalankan Efisiensi Pakai AI

Hilal Makin Jelas, Perkawinan XL-Smartfren Digelar Tahun 2024?