Technologue.id, Jakarta - Pemerintah Arab Saudi berencana meluncurkan virtual reality (VR) Ka'bah di Masjidil Haram lewat Metaverse, hingga nantinya bisa dikunjungi secara virtual.
Dilansir dari Hurriyet Daily News, peluncuran VR Ka'bah di Metaverse ini memungkinkan umat islam untuk melakukan simulasi kunjungan ke Ka'bah, baik untuk beribadah haji maupun umrah.
Namun ide itu langsung mendapat kritikan pedas terutama dari para ulama. Direktorat Urusan Agama Turkiye (Diyanet) menyatakan bahwa meskipun kunjungan Ka'bah dapat dilakukan lewat Metaverse, hal itu tidak bisa dianggap sebagai ibadah seperti yang dilakukan di dunia nyata.
Baca Juga:
Kontroversi Ibadah Haji di Metaverse, Sah atau Tidak?
"Orang-orang beriman dapat mengunjungi Ka'bah di Metaverse, tetapi itu tidak akan pernah dianggap sebagai ibadah yang nyata," ujar Remzi Bircan selaku direktur Departemen Layanan Haji dan Umrah Diyanet.
Menurutnya, ibadah haji atau umrah harus dilakukan di Mekkah secara nyata lantaran kaki manusia harus menyentuh tanah.
Metaverse adalah kombinasi dari beberapa elemen teknologi termasuk virtual reality (VR), augmented reality (AR) di mana pengguna dapat berinteraksi dalam dunia digital. Melalui metaverse seseorang secara virtual dapat bekerja, bermain, dan mengikuti konferensi hingga perjalanan keliling dunia.
Begitu pun dengan manasik haji dan umrah. Seseorang seolah berada di Masjidil Haram, menyentuh hajar aswad, thawaf, sai, dan lainnya.
Baca Juga:
Samsung Buka Toko Virtual di Metaverse
Majelis Ulama Indonesia pun meluruskan tentang ini. Bahwa teknologi ini tidak bisa dijadikan sebagai pengganti pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Karena ibadah haji dan umrah tidak boleh dalam anggan-angan, khayalan, atau imajinasi. Melainkan harus nyata.
Kendati demikian, boleh-boleh saja mencoba teknologi manasik canggih ini. Selain bisa mengurangi kerinduan terhadap Masjidil Haram di Saudi sana, alat ini bisa memantapkan kita dalam manasik yang sesungguhnya.