Technologue.id, Jakarta - Catatan geologis mengenai arus laut dalam telah mengungkap adanya hubungan antara orbit Bumi dan Mars. Gravitasi planet merah itu berdampak pada peristiwa pemanasan global di masa lalu dan bahkan sirkulasi laut.
Analisis yang dipublikasikan di Nature Communications menunjukkan siklus naik dan turunnya arus dalam selama 2,4 juta tahun. Pasang surut ini terkait dengan periode peningkatan energi dari Matahari dan iklim global yang lebih hangat, sama sekali tidak terkait dengan pemicu perubahan iklim lainnya seperti emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh manusia.
Data dari ratusan lokasi pengeboran di seluruh dunia dikumpulkan selama lebih dari 50 tahun mengungkapkan kecepatan arus laut dalam berubah setiap beberapa juta tahun. “Kami terkejut menemukan siklus 2,4 juta tahun ini dalam data sedimen laut dalam kami,” kata penulis utama, Dr Adriana Dutkiewicz dari Universitas Sydney.
“Hanya ada satu cara untuk menjelaskannya: mereka terkait dengan siklus interaksi Mars dan Bumi yang mengorbit Matahari," tambahnya.
Penelitian mengungkap, daya tarik Bumi terhadap Mars menyebabkan pengaruh besar pada arus laut dalam di planet kita. "Medan gravitasi planet-planet di tata surya saling mengganggu dan interaksi ini, yang disebut resonansi, mengubah eksentrisitas planet, yang merupakan ukuran seberapa dekat orbit planet-planet tersebut dalam lingkaran,” kata rekan penulis Dietmar Müller, seorang profesor yang juga dari University of Sydney.
Baca Juga:
Uji Jaringan Jalur Mudik Jakarta-Semarang Ramadan 2024
Interaksi gravitasi ini berarti bahwa Bumi mempunyai tingkat radiasi matahari yang lebih tinggi dan iklim yang lebih hangat setiap 2,4 juta tahun. Siklus hangat berkorelasi dengan pecahnya rekor laut dalam karena sirkulasi laut dalam lebih kuat, dikutip dari Cosmosmagazine.
Arus laut memainkan peran utama dalam iklim di berbagai belahan dunia. Misalnya, Sirkulasi Pembalikan Meridional Atlantik (AMOC) adalah bagian dari “ban berjalan” lautan global yang membawa air dari utara ke selatan dan sebaliknya. Fenomena ini membawa air hangat ke garis lintang yang lebih dingin, menjaga iklim Eropa tetap hangat dan mengangkut nutrisi penting untuk menopang kehidupan laut.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa AMOC telah melemah sekitar 15% sejak tahun 1950 dan berada pada titik terlemahnya dalam lebih dari seribu tahun. Hal ini disebabkan air tawar dingin yang masuk ke Samudera Atlantik dalam jumlah besar, termasuk dari mencairnya Lapisan Es Greenland.
Ada kemungkinan bahwa siklus arus laut dalam yang berlangsung selama 2,4 juta tahun dapat menjadi penyeimbang keterpurukan AMOC. “Tentu saja, hal ini tidak akan memberikan efek yang sama seperti AMOC dalam hal mengangkut massa air dari lintang rendah ke lintang tinggi dan sebaliknya,” kata Müller.
“Data laut dalam kami selama 65 juta tahun menunjukkan bahwa lautan yang lebih hangat memiliki sirkulasi dalam yang lebih kuat. Hal ini berpotensi menjaga lautan agar tidak stagnan bahkan jika Sirkulasi Pembalikan Meridional Atlantik melambat atau berhenti sama sekali," jelas Dutkiewicz.