Technologue.id, Jakarta – Privasi adalah masalah yang kompleks di era digital ini. Ketika teknologi kian canggih dan gadget sudah tak terpisahkan, kian banyak orang yang menggantungkan hidupnya kepada pemain-pemain besar yang terlibat di dalamnya. Banyak netizen bahkan tak ragu 'menitipkan' data-data penting dan pribadinya, seperti kartu kredit, nama lengkap, tanggal lahir, hingga aktivitas nya di dunia maya. Isu privasi user pun kian hari kian panas. Tentu susah melupakan momen ketika FBI meminta back door kepada Apple untuk mengakses iPhone milik pelaku teroris San Bernardino. Walau Apple bersikukuh untuk tidak membantu FBI, pada akhirnya badan intelijen itu bisa melakukannya tanpa bantuan Tim Cook cs. Yang terbaru, Pengadilan Federal Philadelphia, AS, mendorong agar Google bersedia memfasilitasi FBI untuk mengakses data konsumen yang tersimpan di server-server mereka di luar negeri. Melansir EWeek (10/02/17), hal ini ditujukan agar FBI bisa menyelidiki data milik tersangka pelaku kriminal. Google lantas merespons perintah ini dengan penolakan. Sikap serupa juga ditunjukkan oleh Microsoft, yang tidak mengizinkan pemerintah AS mengakses server mereka di Irlandia. Dengan adanya penolakan ini, Pengadilan Federal pada akhirnya melakukan banding terhadap Microsoft dan mengatakan seharusnya perusahaan teknologi AS tidak boleh membangun data server di luar teritori negaranya. Sebab, hal ini membuat hukum yang menaunginya kian kompleks. Menurut Anda, apakah sikap Google, Microsoft, serta Apple sudah benar? Haruskah perusahaan teknologi tunduk pada pemerintah atau lebih baik bersikukuh memproteksi data penggunanya?   Baca juga: Google Segera Buang Jutaan Aplikasi di Play Store Jelang Pemilu Perancis, Google dan Facebook Bersatu Perangi Berita Hoax Apple, Google, dan Gengnya vs Donald Trump, Siapa yang Akan Menang?