Technologue.id, Jakarta - Biaya pemulasaraan setiap jenazah Covid-19 memang tidak murah. Randy Hinojosa, suami dari pasien meninggal Covid-19, ditagih biaya Rp211 juta untuk pemakaman sang istri Elisa Hinojosa. Beruntungnya, Ia meminta bantuan ke GoFundMe, platform crowdfunding untuk menggalang donasi biaya pemakaman pasien Covid-19.
Dilansir dari Time (21/12/2020), sebanyak 114 orang menyumbang untuk Hinojosa lewat GoFundMe dengan total dana lebih dari US$ 9.000 atau sekitar Rp126 juta. Sokongan dana ini tentu meringankan beban pria berusia 52 tahun tersebut di kala pandemi telah menumbangkan bisnisnya sebagai kontraktor wiraswasta.
"Saya bahkan tidak ingin meminta uang kepada siapa pun,” katanya sambil menangis. "Saya memiliki kebanggaan bahwa saya bisa melakukan ini."
Baca Juga:
Kolaborasi Grab Indonesia dan Jangkau.id Donasikan 30.000 Disposable Mask dan Crowdfunding
Ketika pandemi memburuk secara nasional, biaya pemakaman pasien meninggal Covid-19 tentu menjadi masalah baru yang dihadapi oleh keluarga berpenghasilan rendah. Padahal pekerjaan mereka pun terkena dampak ekonomi dari COVID-19.
Penelusuran di GoFundMe untuk kampanye terkait pemakaman COVID-19 menghasilkan lebih dari 17.000 permintaan bantuan. Pengajuan donasi ini sebagian besar dilakukan oleh orang kulit berwarna yang, karena ketimpangan pekerjaan, perumahan dan perawatan kesehatan, lebih mungkin jatuh sakit dan meninggal akibat COVID-19 daripada orang kulit putih, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS dan studi oleh otoritas kesehatan lainnya.
Sayangnya, penggalangan dana di platform crowdfunding itu tidak merata. Beberapa kampanye tidak menghasilkan apa-apa. Sementara ada juga yang belum mendekati target pengajuan donasi.
Baca Juga:
Galang Donasi APD, Startup Indonesia WeCare.id Tuai Apresiasi Barack Obama
Lain hal yang dialami oleh Hannah Hae In Kim asal Los Angeles. Perempuan berusia 22 tahun itu sukse mengumpulkan lebih dari US$ 650.000 atau lebih dari Rp9 miliar di GoFundMe setelah kehilangan kedua orang tua dan neneknya karena COVID-19. Kondisi memprihatinkan ini membuatnya bertanggung jawab secara finansial untuk dirinya sendiri dan adik laki-lakinya yang berusia 17 tahun, Joseph.
"Saya bahkan tidak menyangka akan mencapai US$ 5.000," kata Kim. "Saya tidak tahu bahwa banyak orang yang mau membantu."
Rejeki "nomplok" dipicu oleh perhatian di pasar media utama dan sumbangan dari keluarga anggota gereja, yang mayoritas memberikan sumbangan sebesar US$ 1.000 atau lebih.
"Saya mencoba menganggap uang itu sebagai uang yang ingin dikumpulkan orang tua kami untuk kami jika mereka masih hidup," kata Kim. "Tapi saya akan membayar berapa pun untuk mendapatkannya kembali."