Technologue.id, Jakarta - Perusahaan asal Taiwan, Hon Hai Precision Industry atau Foxconn, menyatakan komitmen untuk menanam investasi industri baterai dan kendaraan listrik di Indonesia.
Komitmen ini dibuktikan dengan penandatanganan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara Foxconn dengan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia (RI) Bahlil Lahadalia, Gogoro Inc, PT Industri Baterai Indonesia (IBC), dan PT Indika Energy Tbk.
Baca Juga:
Gojek Bakal Operasikan 5.000 Kendaraan Listrik Tahun Ini
Kerjasama dilakukan dalam Investasi Pengembangan Ekosistem Energi Baru Berkelanjutan melalui Investasi Baterai Listrik, Kendaraan Listrik, dan Industri Pendukungnya dengan skema kerja sama Build-Operate-Localize (BOL).
Total investasi dalam proyek-proyek tersebut mencapai US$8 miliar atau sekitar Rp114 triliun. Keseluruhan proyek akan menghasilkan kapitalisasi pasar dengan nilai total lebih dari US$100 miliar di Indonesia pada 2030.
"Pemerintah Indonesia secara sungguh-sungguh akan mengawal rencana investasi ini, dengan mitra BUMN maupun pengusaha nasional di Indonesia. Di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo periode kedua, Indonesia sangat fokus mendorong investasi berkelanjutan terutama mengedepankan green energy dan green industry," kata Bahlil.
Menurut Bahlil, keputusan Foxconn dan Gogoro memilih Indonesia menjadi tempat berinvestasi sangat tepat.
Baca Juga:
Ditinggal Tiga Insinyur, Proyek Mobil Listrik Apple Diujung Tanduk
Pasalnya, Indonesia memiliki nilai tambah bagi para investor dalam tiga hal, yaitu pasar yang besar di mana 43 persen populasi ASEAN, satu-satunya negara ASEAN yang masuk dalam G20, serta pertumbuhan kelas menengah ke atas di Indonesia semakin hari semakin baik.
Melalui Nota Kesepahaman ini, Foxconn bersama Gogoro, IBC, dan Indika akan menjajaki kerja sama investasi ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang komprehensif di Indonesia, mulai dari pembuatan baterai listrik (termasuk sel baterai, modul baterai, dan baterai), hingga ke pengembangan industri kendaraan listrik roda empat, kendaraan listrik roda dua, dan bus listrik (E-Bus).
Adapun lingkup kerjasama juga mencakup pengembangan industri penunjang EV yang meliputi energy storage system (ESS), battery exchange/swap station, battery daur ulang, serta riset dan pengembangan (R&D) di bidang baterai elektrik dan EV.