Technologue.id, Jakarta - Salah satu peristiwa langit langka yaitu gerhana bulan total yang dijuluki sebagai "Super Blood Moon" telah terjadi pada Rabu (26/5/2021) malam tadi.
Disebut-sebut sebagai Super-Blood Moon karena ukuran bulannya saat mengalami gerhana terlihat lebih besar dan berwarna kemerahan.
Peristiwa gerhana bulan total dapat terjadi saat posisi matahari-Bumi-bulan sejajar. Hal ini terjadi saat bulan berada di umbra Bumi yang berakibat pada puncak gerhana bulan total berlangsung, bulan akan terlihat berwarna merah (terkenal dengan istilah Blood Moon).
Beruntungnya, peristiwa gerhana bulan total bisa dilihat di berbagai wilayah di Indonesia.
Lantas, apa saja fakta-fakta yang mengiringi penampakan Super Blood Moon ini? Berikut rangkuman yang dihimpun oleh Technologue.id:
Terjadi 195 Tahun Sekali
Super Blood Moon atau gerhana bulan total pada 26 Mei 2021 kali ini sangat langka. Gerhana bulan total terjadi 195 tahun sekali.
Periode berikutnya akan terjadi pada 2033. Namun bukan full blood moon, tapi gerhana yang biasa.
Ada tujuh fase gerhana bulan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mengatakan ada tujuh fase gerhana bulan total. Tiga fase awal adalah gerhana mulai (P1), gerhana Sebagian mulai (U1), dan gerhana total mulai (U2).
Kemudian berlanjut pada fase puncak gerhana, gerhana total berakhir (U3),
gerhana sebagian berakhir (U4), dan gerhana berakhir (P4). Fase gerhana bulan total diperkirakan terjadi pada 18.43 WIB
Bertepatan dengan Hari Raya Waisak
Gerhana bulan total ini terjadi bertepatan dengan detik-detik Waisak pada 15 Suklapaksa (paroterang) Waisaka 2565 EB yang jatuh pada 26 Mei 2021 pada pukul 18.13.
Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), gerhana bulan total yang beriringan dengan Hari Raya Waisak terjadi beberapa kali saja dalam seabad terakhir, yakni pada 24 Mei 1990, 14 Mei 1938, 14 Mei 1957, 25 Mei 1975, dan 16 Mei 2003.
Berwarna Merah
Fenomena gerhana bulan total super blood moon akan menghiasi langit dengan penampakan berwarna merah.
Warna merah terjadi ketika bulan beranjak ke bagian terluar bayangan bumi. Bulan akan ditutupi bagian paling gelap dari bayangan itu, yang tampak diselimuti cahaya berwarna jingga hingga merah darah.
Tidak hanya berwarna merah, saat fenomena ini terjadi, bulan akan berubah warna mulai keabu-abuan, oranye, kuning, dan berakhir berwarna merah.
Melihat tanpa perlu kacamata khusus
Menurut BMKG melalui postingan Instagramnya fenomena astronomi pada malam nanti bisa disaksikan tanpa alat bantu atau kacamata khusus. Hanya dengan keluar ruangan dan memandang ke langit bulan sudah bisa terlihat.
Gerhana bulan total bisa dilihat tanpa alat karana tidak memiliki intensitas cahaya yag berbahaya seperti gerhana Matahari. Bulan hanya mendapat cahaya dari pantulan sinar matahari, bukan sebagai sumber cahaya.