Technologue.id, Jakarta - Skandal uji keselamatan di produsen mobil Jepang kembali terjadi. Setelah Daihatsu, kini giliran Toyota, Mazda, Honda, Suzuki dan Yamaha Motor yang terkena masalah tersebut.
Dikutip dari Reuters, Senin (10/6/2024), Toyota Motor dan Mazda dikabarkan tengah menghentikan pengiriman sejumlah mobilnya karena Kementerian Transportasi Jepang menemukan kejanggalan dalam permohonan sertifikasi model tertentu. Selain itu, kejanggalan juga ditemukan pada Honda, Suzuki dan Yamaha Motor.
Baca Juga:
Toyota Rush Dapat Peningkatan, Tampilannya Lebih Macho
Para pembuat mobil sebelumnya telah menyerahkan data pengujian keselamatan kendaraan. Namun, data tersebut diduga telah dimanipulasi ketika mereka mengajukan permohonan sertifikasi kendaraan. Kementerian akan melakukan inspeksi di kantor pusat Toyota di prefektur Aichi.
Pengungkapan terbaru ini muncul setelah kementerian meminta produsen mobil pada akhir Januari untuk menyelidiki permohonan sertifikasi menyusul skandal uji keselamatan di unit mobil kompak Toyota - Daihatsu yang muncul tahun lalu.
Perkembangan yang terjadi pada hari Senin juga kemungkinan akan meningkatkan fokus pada rapat umum tahunan Toyota akhir bulan ini. Penasihat perusahaan yakni ISS (Institutional Shareholder Services dan Glass Lewis) merekomendasikan suara pemegang saham untuk tidak memilih kembali Akio Toyoda sebagai pemimpin Toyota.
“Sebagai penanggung jawab Grup Toyota, saya dengan tulus ingin meminta maaf kepada pelanggan, penggemar mobil, dan seluruh pemangku kepentingan atas hal ini,” kata Toyoda.
Baca Juga:
Toyota Kijang Innova Zenix HEV Laris Manis di IIMS 2024
Toyoda mengatakan bahwa mobil-mobil tersebut tidak melalui proses sertifikasi yang benar sebelum dijual. Saat ini, Toyota tengah menghentikan sementara pengiriman dan penjualan tiga model mobil buatan Jepang yakni Corolla Fielder, Corolla Axio dan Yaris Cross dari Toyota, serta Roadster RF dan Mazda2 dari Mazda.
"Skandal-skandal yang terjadi di kalangan produsen mobil terbukti menjadi masalah yang menyedihkan bagi pemerintah, yang sebaliknya mendapat pujian dari para investor dan eksekutif atas reformasi perusahaan yang dilakukannya," kata Yoshimasa Hayashi, juru bicara pemerintah Jepang.