Technologue.id, Jakarta - Aplikasi pengingat waktu sholat dan bacaan Al-Qur'an, Muslim Pro akhirnya memberikan klarifikasi terkait kasus dugaan penyalahgunan data pengguna.
Melalui akun Twitter @MuslimProID pada Selasa (17/11/2020), aplikasi yang telah diunduh hampir 100 juta kali itu menegaskan bahwa kabar penjualan data pengguna ke militer AS tidaklah benar.
"Media mengangkat berita perihal Muslim Pro yang menjual data pribadi pengguna kepada pihak militer AS. Kami menyatakan hal tersebut SEPENUHNYA TIDAK BENAR," tegasnya.
Muslim Pro sendiri mengaku selalu berkomitmen untuk melindungi dan mengamankan data penggunanya. Sebab menurutnya, privasi merupkan hal serius.
Baca Juga:
Booking.com Ekspos Data Pelanggan?
Langkah yang diambil adalah dengan menerapkan pengaturan keamanan standar industri dan memilih mitra teknologi terkemuka untuk menjaga data tetap aman dan terlindungi di infrastruktur cloud mereka.
Selain itu, Muslim Pro juga memberikan layanan kepada para pengguna tanpa mengharuskan mereka mendaftar atau masuk. Hal ini disebut berkontribusi pada anonimitas data yang dikumpulkan dan diproses.
"Karena kepercayaan jutaan saudara dan saudari umat Islam yang dimasukkan ke dalam Muslim Pro setiap hari berarti segalanya bagi kami," ungkapnya.
Saat ini, Muslim Pro mengaku akan menghentikan hubungannya dengan semua partner data termasuk dengan X-Mode. Keputusan ini akan diambil dalam waktu dekat setelah penyelidikan internal selesai.
Baca Juga:
Data Pengguna Cermati.com Dibobol
Untuk diketahui, dugaan penyalahgunaan data pengguna oleh Muslim Pro diungkap oleh Motherboard Vice. Dalam laporannya disebut bahwa penjualan data melibatkan perusahaan bernama X Mode.
X-Mode menyajikan data yang sangat sensitif berupa lokasi langsung dari aplikasi. Dengan ini, militer AS dapat melancarkan serangan drone secara tertarget.