Technologue.id, Jakarta – Pasar logistik e-commerce semakin ramai sejak layanan transportasi online turut membuka jasa antar barang dari marketplace. Go-Jek melalui Go-Send dan Grab melalui GrabExpress. Namun, pemain lama JNE enggan menyebut mereka sebagai saingan. Kenapa? "Customer sebenarnya membutuhkan banyak service. Kalau (transportasi) online, range customer dan produk yang dikirimkan itu berbeda, jadi kita tidak bisa bilang itu head-to-head," kata Agusnur Widodo, Vice President of Business Development JNE Indonesia, kepada Technologue.id (14/08/2018).
Baca juga:
Potensi Besar, JNE Ikut Andil Bangun Ekosistem Bisnis E-commerce
Ia menjelaskan, customer berhak memilih layanan pengiriman tergantung jenis barang, apakah yang harus segera diterima atau yang berhari-hari tiba pun tak jadi masalah. Semisal produk makanan, tentu membutuhkan kecepatan waktu antar sehingga hal ini bisa ditangani dengan sistem same day delivery alias pengiriman sampai di hari yang sama. Namun untuk produk seperti fashion, pengguna biasanya tidak menyoalkan lama pengiriman yang memakan waktu 2-7 hari, tergantung layanan yang dipilih.Baca juga:
Seller Lazada Bebas Bayar Ongkir JNE Saat Kirim Paket
Dilihat dari coverage area, layanan perusahaan logistik lebih unggul. Berbeda dengan perusahaan logistik konvensional, Go-Jek atau Grab tidak melakukan pengiriman antar daerah. Go-Send hanya difokuskan untuk antar barang di dalam kota di mana layanan mereka tersedia saja. Sedangkan dari segi tarif, perhitungan JNE masih lebih murah untuk di satu wilayah.Baca juga:
Daripada memusingkan persaingan di bisnis logistik, JNE lebih memilih terus mengembangkan layanan, baik dari segi teknologi maupun area jangkauan. Mengingat potensi bisnis e-commerce yang besar di tahun mendatang, seluruh pihak terkait bakal ikut menuai keuntungan. "Perkembangan bisnis e-commerce sangat besar dan karena kebutuhan customer berbeda sehingga memilih layanan berbeda. Jadi semua berkembang, tidak ada yang tidak berkembang," pungkasnya.