Technologue.id, Jakarta - Bocornya data pengguna platform belanja online asal Indonesia tampaknya tengah menjadi tren belakangan ini. Setelah sebelumnya Tokopedia, kini kebocoran dilaporkan di situs Bhinneka.com.
Kejadian ini menyebabkan kekhawatiran masyarakat untuk menggunakan model bisnis yang berbasis digital. Padahal, Indonesia sendiri sejak lama memiliki keinginan yang kuat agar ekonomi digital berjalan dengan baik.
Pengamat keamanan siber Vaksincom, Alfons Tanujaya menilai sebenarnya sistem keamanan e-commerce di Indonesia sendiri sudah cukup baik. SDM yang bekerja di perusahaan belanja online juga sudah sangat mampu, hanya saja di Indonesia lingkungan yang mendukung terhadap profesi keamanan siber masih sangat rendah.
Baca Juga:
Jutaan Data Pengguna Bhinneka Diobral di Dark Web
"Pemerintah harusnya mulai menghargai dan memperhatikan sektor IT yang kedepannya akan menjadi peran kunci perekonomian. Dorongan juga harusnya diberikan agar generasi muda mengetahui banyaknya peluang di dunia IT," ujar Alfons saat dihubungi Technologue.id pada Senin (11/5/2020).
Bobroknya sistem keamanan ini menurut Alfons juga terjadi lantaran kurangnya kesadaran akan pentingnya nilai data terutama oleh lembaga pemerintah. Hal ini juga dialami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
"Kesadaran terhadap pentingnya sekuriti data di Indonesia relatif rendah. Ini bisa dilihat dari banyaknya data kependudukan yang dikelola pemerintah yang bocor dan mudahnya mendapatkan data KTP dan KK yang legitimate," tambahnya.
Baca Juga:
1,2 Juta Data Penggunanya Bocor, Ini Kata Bhinneka.com
Lebih lanjut, Alfons mengatakan bagi akun email yang terlanjur dibobol, yang harus dilakukan saat ini adalah dengan mengaktifkan TFA-OTP Two Faktor Authentication / One Time Password. Selain itu, mulai ubah password yang berbeda untuk semua layanan.
"Dengan melakukan pengamanan ini, maka pembajak tidak akan bisa login sekalipun berhasil mengetahui kredensial username dan password,” pungkasnya.