Technologue.id, Jakarta - Pengguna motor listrik di Indonesia saat ini cukup meningkat. Selain ramah lingkungan, untuk urusan service sampai pergantian spare part juga tergolong mudah. Namun, ada satu hal yang masih menjadi masalah bagi para pemilik motor listrik terkait penggunaan dan pergantian ban.
"Saat ini, motor listrik yang beredar di Indonesia, lebih banyak diimpor dari China. Karena statusnya impor, kebanyakan elektrik motornya itu on base (berada di dekat ban) dan ini problem pada saat bongkar pasang ban," kata Deden Hendra Shakti, Chief Operating Officer Planet Ban, disela acara Halal bi Halal dengan awak media, Kamis (2/5/2024).
Baca Juga:
Smartphone Bertenaga Snapdragon 8 Gen 3 Dominasi AnTuTu Benchmark
Menurut Deden, membongkar ban untuk motor listrik ini cukup sulit, bahkan dengan mesin yang dimiliki Planet Ban itu sendiri. Berbeda dengan motor konvensional di mana mesinnya berada jauh dari ban depan maupun belakang.
"Artinya, dengan alat dan mesin yang kami miliki ini sulit untuk membongkar ban (motor listrik) tersebut karena ada elektrik motornya tadi. Berbeda dengan motor konvensional," tambahnya.
Selain itu, ukuran ban motor listrik dinilai berbeda dengan motor berbahan bakar bensin. Sulit untuk mencari ban yang memiliki size tersebut walaupun ada sejumlah brand menjualnya, penggunaannya bukan untuk motor listrik.
"Kemudian size bannya itu aneh, susah mencari bannya itu di Indonesia. Tapi, merek-merek ban yang beredar di Indonesia itu sudah ada ban jenis itu, hanya peruntukkannya bukan untuk motor listrik dan digunakan untuk transportasi lain. Sehingga, bisa dibilang ini belum sesuai dengan peruntukkannya," jelasnya lagi.
Baca Juga:
PNL Gandeng Huawei, Perkuat Pondasi Digital untuk Transisi Energi
Meski demikian, Planet Ban sudah melakukan penelitian dan riset terkait produksi ban khusus motor listrik. Tinggal menunggu ekosistem motor listriknya yang diharapkan semakin banyak.
"Kami sudah melakukan penelitian dan proses development untuk ban khusus motor listrik. Tapi kami belum berani memproduksi karena ekosistem motor listriknya masih sangat sedikit. Sementara produksinya harus banyak supaya tidak rugi," tutup Deden.