Technologue.id, Jakarta - China mengklaim teleskop "Sky Eye" kemungkinan telah menerimna sinyal jejak dari peradaban alien yang jauh. Namun laporan yang baru-baru ini diposting itu tak lama kemudian dihapus oleh para ilmuwan China.
Science and Technology Daily, surat kabar resmi Kementerian Sains dan Teknologi China, dalam sebuah laporan di pertengahan Juni mengungkapkan, para astronom di Beijing Normal University telah menemukan beberapa kasus kemungkinan jejak teknologi dan peradaban luar angkasa dari luar Bumi
Sinyal ditangkap oleh Teleskop radio Spherical Aperture Spherical (FAST) China yang dijuluki "Mata Langit". Ini merupakan teleskop radio terbesar di dunia.
Baca juga:
Teleskop Cermin Cair Terbesar di Dunia Siap Berburu Alien
Sky Eye mulai bekerja memindai luar angkasa untuk mencari sinyal radio yang dapat mengindikasikan kehidupan di luar bumi pada tahun 2019. Menyaring data yang masuk pada 2020, para peneliti mengatakan, mereka melihat dua pita sempit yang mencurigakan, sinyal radio yang berpotensi buatan.
Kemudian, pada 2022, survei yang ditargetkan terhadap planet ekstrasurya yang diketahui menemukan sinyal radio pita sempit aneh lainnya. Dengan demikian jumlahnya menjadi tiga.
Karena sinyalnya adalah gelombang radio pita sempit yang biasanya hanya digunakan oleh pesawat dan satelit manusia, sinyal tersebut bisa saja dihasilkan oleh teknologi alien. Hanya para ilmuwan mengatakan, temuan mereka masih awal dan harus diambil dengan hati-hati sampai analisis selesai.
Baca juga:
Residual, Game Survival Pixel Art Mencari Sisa Peradaban Alien
"Ini adalah beberapa sinyal elektromagnetik pita sempit yang berbeda dari masa lalu, dan tim saat ini sedang mengerjakan penyelidikan lebih lanjut," ungkap Zhang Tongjie, Kepala Ilmuwan di China Extraterrestrial Civilization Research Group di Beijing Normal University.
"Kemungkinan sinyal yang mencurigakan adalah semacam gangguan radio juga sangat tinggi, dan perlu dikonfirmasi lebih lanjut dan dikesampingkan. Ini mungkin proses yang panjang," katanya lagi.
Setelah publikasinya, laporan itu dengan cepat mulai beredar di jaringan media sosial China Weibo dan diambil oleh sejumlah outlet milik pemerintah lainnya. Alasan di balik penghapusannya yang tiba-tiba tidak jelas.