Technologue.id, Jakarta – Teknologi 5G kemungkinan akan digunakan secara komersial dalam dua tahun mendatang. Sejumlah negara modern tengah mempersiapkan segala infrastrukturnya, sebut saja China dan Amerika Serikat, dua negara yang berlomba menyediakan teknologi jaringan super cepat ini sedini mungkin. Tapi manakah yang persiapannya lebih matang? China diramalkan bakal mengadopsi 5G lebih dulu. Menurut laporan dari Deloitte Consulting, China saat ini memiliki sepuluh kali lebih banyak site untuk mendukung komunikasi 5G daripada Amerika Serikat. Hanya dalam tiga bulan di 2017, perusahaan tower telekomunikasi dan operator telco di China sukses menambahkan lebih banyak site ketimbang yang dilakukan AS dalam tiga tahun sebelumnya.
Baca juga:
Telkomsel Siap Pamerkan Teknologi 5G di Asian Games 2018
Dari segi investasi, China tidak tanggung-tanggung telah mengucurkan dana US$24 miliar (Rp347 triliunan) sejak 2015 dan telah membangun 350.000 lokasi tower jaringan seluler baru, sementara AS hanya membangun kurang dari 30.000 site saja. Penambahan Base Transceiver Station (BTS) secara signifikan di China turut dipengaruhi masalah biaya. Biaya memasang peralatan 5G di China disebut lebih murah sekitar 35 persen dibandingkan di AS. Hal ini yang membuat adopsi infrastuktur jaringan 5G di kedua negara Superpower tersebut terlihat jomplang.Baca juga:
Lenovo Jadi yang Pertama Hadirkan Smartphone 5G?
Dan Littmann, seorang petinggi di Deloitte, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Amerika Serikat masih bisa mengejar ketertinggalan dari China, namun memerlukan beberapa upaya konkrit seperti penyesuaian regulasi, mendorong operator untuk berkolaborasi, dan mengimplementasikan database statistik dan praktik. "Agar AS tetap kompetitif dan akhirnya muncul sebagai pemimpin, perlombaan 5G harus dievaluasi dengan cermat dan tindakan cepat harus diambil," ujarnya.Baca juga:
Komisi Komunikasi Federal AS (FCC) sendiri telah mengumumkan aturan baru untuk mengelola spektrum pita tinggi, yang diharapkan akan digunakan untuk 5G di masa depan. Regulasi ini menjadikan Amerika Serikat sebagai negara pertama yang membuka high band spectrum untuk teknologi. Karena band spektrum tersedia untuk pengguna berlisensi, tidak berlisensi dan dibagi, lebih dari empat kali jumlah spektrum tersedia untuk penggunaan fleksibel daripada tahun-tahun sebelumnya. Juga, 15 kali lebih banyak spektrum tidak berlisensi untuk pengguna daripada tahun-tahun sebelumnya.