Technologue.id, Jakarta – Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, kembali melontarkan pernyataan kontroversial. Suksesor Barrack Obama itu memutuskan untuk melarang warga negaranya yang transgender untuk bergabung ke angkatan bersenjata AS. Keputusan tersebut langsung memicu polemik di tengah masyarakat. Bos perusahaan teknologi seperti Facebook dan Google, misalnya, menyatakan bahwa pernyataan Trump itu keliru. Dalam sebuah status di akun Facebook pribadinya (27/07/17), Mark Zuckerberg berkata, "Semua orang harusnya bisa melayani negara mereka -- tak peduli siapa mereka." [caption id="attachment_20302" align="alignnone" width="750"] Komentar Mark Zuckerberg, CEO Facebook, terkait aturan transgender dilarang masuk militer AS (source: Facebook / zuck)[/caption] Senada dengan Zuck, CEO Google, Sundar Pichai, dalam statement-nya berpihak pada komunitas transgender yang kini satu haknya sebagai warga negara dirampas. [caption id="attachment_20303" align="alignnone" width="694"] Komentar Sundar Pichai, CEO Google, terkait aturan transgender dilarang masuk militer AS (source: Twitter / sundarpichai)[/caption] "Saya berterima kasih pada para anggota transgender di militer atas sumbangsih mereka #LetThemServe," cuit pria keturunan India itu. Cuitan itu di-retweet oleh akun resmi Google di Twitter di hari yang sama. Belakangan, hubungan antara Silicon Valley dengan Trump memang meregang. Ketegangan mereka sebelumnya juga tampak ketika Trump memutuskan untuk melarang warga dari sejumlah negara memasuki wilayah Amerika Serikat. Perusahaan teknologi yang banyak mempekerjakan imigran dan keturunannya pun menentang aturan tersebut. Baca juga: Presiden Joko Widodo Masuk 10 Pemimpin Dunia Top Bersama Donald Trump HP Android Donald Trump Sasaran Empuk Hacker Apple, Google, dan Gengnya vs Donald Trump, Siapa yang Akan Menang?
Contact Information
Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260
We're Available 24/ 7. Call Now.
SHARE:
SHARE: