Technologue.id, Jakarta - Google terus mendukung upaya untuk melawan berita bohong mengenai vaksin COVID-19. Lewat Google News Initiative, raksasa mesin pencari itu bakal memberikan hibah hingga US$ 3 juta atau lebih dari Rp 42 miliar untuk jurnalis dan fact-checker yang menangani informasi palsu tentang vaksin tersebut.
Dengan dana segar ini, Google berusaha untuk "menjangkau audiens yang biasanya kurang terlayani atau ditargetkan oleh informasi yang salah," tulis Alexios Mantzarlis, pimpinan kredibilitas berita dan informasi di Google News Lab, dalam sebuah posting blog.
Baca Juga:
Jokowi Disuntik Vaksin Sinovac Jadi Trending Topik di Twitter
Media berita dengan "rekam jejak yang terbukti" dalam menyanggah kebohongan dan pengecekan fakta memenuhi syarat untuk mendapatkan hibah, seperti halnya mitra dari kelompok tersebut.
Google akan menyediakan hingga US$ 1 juta dalam pendanaan per proyek dan menutupi hingga 80 persen dari total biaya. Juri yang terdiri dari 12 karyawan Google akan meninjau aplikasi dan memilih penerima.
Meskipun US$ 3 juta tidak akan cukup untuk sepenuhnya membasmi kesalahan informasi yang mematikan tentang vaksin, namun setidaknya dapat membantu fact-checker untuk secara proaktif menjangkau orang-orang yang tidak tahu bahwa kabar yang mereka dengar adalah tidak benar.
Baca Juga:
Jokowi Disuntik Vaksin Sinovac, Netizen: Dokternya Gemetar
Seperti yang ditunjukkan Mantzarlis, penelitian menunjukkan bahwa "audiens yang menemukan informasi yang salah dan mereka yang mencari verifikasi fakta tidak selalu tumpang tindih".
Google mengumumkan News Initiative pada tahun 2018 dan, pada saat itu, menjanjikan US$ 300 juta untuk memerangi berita palsu dan mendukung proyek jurnalisme. April lalu, Google mengatakan akan menyediakan hingga US$ 6,5 juta untuk melawan misinformasi virus corona.