Technologue.id, Jakarta - Teknologi kecerdasan buatan (AI) saat ini tengah menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Munculnya teknologi AI ini memunculkan kekhawatiran terkait dampaknya yang mungkin bisa menggeser peran manusia dalam suatu pekerjaan tertentu.
Agar teknologi AI bisa benar-benar dirasakan manfaatnya dan meminimalisir dampak buruk yang mungkin bisa ditimbulkan darinya, pemerintah merilis Peraturan Presiden tentang Strategi Nasional (Stranas) Percepatan Penyelenggaraan Kecerdasan Artifisial sejak 2020.
Baca Juga:
Tokopedia NYAM! Dorong Pertumbuhan Belanja Produk Makanan dan Minuman
“Kami sedang memproses PerPres terkait strategi nasional untuk AI, tapi kami tidak ingin hanya sekadar mengatur,” kata Laksana Tri Handoko Kepala Badan Riset dan Inovasi dan Nasional (BRIN) di acara diskusi panel ‘Tech Talk’ bertajuk ‘Artificial Intelligence dan Indonesia di Era Digital’ pada Minggu, 13 Agustus 2023.
Menurutnya, AI hanya soal satu hal, yaitu bagaimana dapat memanfaatkan big data. "Sekarang, kita harus mulai pikirkan bersama komunitas sehingga bisa menemukan model bisnis yang sesuai, dan AI bisa jadi tool penggerak roda ekonomi,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, teknologi AI bukan tujuan akhir melainkan dipandang sebagai alat. AI harus bisa dimanfaatkan guna membantu atau mempermudah kehidupan manusia termasuk menciptakan nilai tambah di banyak sektor.
Dalam event yang sama, Agus Trisusanto VP Digitalisasi Kelistrikan Divisi Management Digital PLN membagikan contoh nyata dampak implementasi teknologi AI di sektor bisnis seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kemampuan AI tidak hanya untuk mentransformasi bisnis di era digital tapi juga meningkatkan kualitas layanan di pengguna.
“Di operasional, teknologi AI bisa membantu kami dalam pekerjaan pembersihan sisa kerak dan debu pembakaran batubara di PLTU. Sebelum AI kegiatan berupa penyemprotan air dilakukan sembarang, ini kan mubazir resource, tidak cuma air, tenaga, dan berbahaya,” tutur Agus.
“Jadi ada bagian yang kalau terlalu kencang disemprot air malah bisa merusak. Teknologi AI melakukan analisis historical data kegiatan pembersihan (soot blower) sehingga bisa didapatkan parameter yang akurat untuk kegiatan ini,” jelasnya.
Baca Juga:
Cara YouTube Dorong Pengguna ke Layanan Premium Berbayar
Tidak sampai di situ, belajar dari data historis pasokan daya listrik dan konsumsi, AI bisa memberikan perhitungan berapa besar pasokan yang harus disediakan berdasarkan faktor tertentu.
“Misalnya, suatu periode pasokan listrik dan konsumsinya kurang akurat dengan prediksi manual kami. Saat itu rupanya sedang musim hujan sehingga rumah-rumah jarang menyalakan AC. Data dari Automatic Weather Station berisi prediksi cuaca justru menjadi salah satu data pendukung AI sehingga demand forecast bisa akurat,” jelas Agus.