Technologue.id, Jakarta - Edukasi terhadap risiko penipuan di dunia online terus digaungkan oleh seluruh pihak, termasuk platform marketplace dan juga pemerintah. Salah satunya lewat eksperimen sosial Vomoshop, sebuah website simulasi edukasi e-commerce yang digagas dari keresahan akan budaya FOMO (Fear Of Missing Out) dalam belanja masyarakat sehingga seringkali lalai dan menjadi sasaran penipuan saat belanja online.
"Karena takut ketinggalan (tren), kita jadi buru-buru untuk membuat suatu keputusan membeli tanpa melihat-lihat lagi. Melihat hal ini, Blibli sebagai ekosistem omnichannel platform mencari pendekatan edukasi melalui social experiment bernama Vomoshop," kata Yolanda Nainggolan, Head of Public Relations Blibli.
Baca Juga:
Blibli Kerjasama dengan Cermati Protect Tawarkan Solusi Perlindungan Gadget
Sepanjang Bulan September 2023, dibuat serangkaian tipuan berkedok iklan online yang menggiring masyarakat ke www.vomoshop.com untuk mengetahui seberapa rentan masyarakat Indonesia terkena tipu-tipu.
"Jadi benar-benar journey-nya kita buat konsumen itu seperti berbelanja di situs online. Untuk membawa konsumen masuk ke situs ini, kita bekerja sama untuk membuat iklan, digital ads, dan juga KOL (key opinion leaders)," imbuh Yola.
Hasilnya sungguh mencengangkan, dari total 63.196 pengunjung Vomoshop ditemukan 4 dari 5 pengunjung situs memutuskan checkout belanja terhadap penawaran yang menggiurkan. Ini membuktikan mayoritas masyarakat masih rentan terjebak tipu tipu online akibat FOMO.
Setelah melewati proses, konsumen akan diberikan konten edukasi yang diberi nama VOMO.
VOMO sendiri adalah akronim dari Verifikasi, Observasi, Mudah Akses Info, dan Ofisial rekening platformnya untuk bertransaksi online.
Yolanda menjelaskan, pertama kali konsumen harus melakukan tahap Verifikasi. Diantaranya mengenai marketplace yang dikenal, akses melalui https://, serta dipastikan download aplikasi lewat Playstore atau App Store yang memiliki rating poin 4 ke atas.
Baca Juga:
Blibli Adopsi Teknologi AI Dalam Sistem Gudangnya
Lalu dilanjutkan tahap Observasi di mana konsumen harus teliti membaca deskripsi produk, memastikan harga wajar, serta mengetahui kebijakan purna jual yang jelas.
"Kalau di Blibli ada kemudahan return," ujar Yola.
Selanjutnya, konsumen bisa bertanya untuk mengetahui suatu informasi secara lebih jelas melalui kanal-kanal layanan pelanggan yang disediakan oleh platform e-commerce. Misalnya mengenai pelacakan pengiriman barang atau tracking.
Kemudian, pihaknya menyarankan agar tidak melakukan proses pembayaran ke rekening pribadi penjual. Konsumen harus melakukan transaksi ke rekening yang tersedia di dalam platform e-commerce. Hal ini untuk menghindari penipuan online yang marak terjadi.
"Untuk UMKM memang kita sarankan untuk mempunyai rekening PT atau CV atas nama perusahaan. Jadi, hindari untuk mentransfer ke rekening pribadi," pungkas Yola.