Technologue.id, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang telah terjadi selama berbulan-bulan membuat permintaan layanan berbagi tumpangan (ride-hailing) seperti Grab, Gojek, dan Uber menurun drastis. Boleh dibilang pandemi virus corona ini membawa krisis terbesar sejak startup-startup berbasis teknologi besar itu berdiri.
Di bulan Mei 2020, Uber menambah deretan pengurangan hingga 3.000 karyawan, setelah sebelumnya melakukan pemecatan yang berjumlah 3.700 orang. Dengan keputusan ini, sehingga total karyawan yang dilepas dalam beberapa pekan terakhir mencapai sekitar seperempat jumlah karyawan Uber sebelumnya.
Putaran PHK baru ini pun menyisakan Uber dengan sekitar 20.000 karyawan.
Dara Khosrowshahi, CEO Uber mengatakan kepada karyawan dalam email bahwa Uber telah bekerja untuk memberikan manfaat pesangon yang kuat dan dukungan lain bagi mereka yang meninggalkan Uber, seperti cakupan layanan kesehatan dan direktori bakat alumni.
Tidak hanya karyawan yang terkena imbas, Uber juga menutup atau mengkonsolidasikan 45 kantor yang dimilikinya, serta meminimalisir laboratorium kecerdasan buatan.
“Kami harus bisa mempertahankan kelangsungan perusahaan tanpa menggantungkan suntikan modal atau pun investor baru,” kata Khosrowshahi.
Jumlah pengguna layanan Uber turun 80 persen bulan lalu, ketika lockdown berlangsung di AS dan Kanada.
Baca Juga:
Grab Pecat Ratusan Karyawan
Sementara itu di kubu Grab, perusahaan terpaksa merumahkan sekitar 360 orang, atau sedikit di bawah 5% dari total karyawannya. Co-founder dan CEO Grab, Anthony Tan, membuat pengumuman dalam surat kepada karyawan Grab, pada 6 Juni 2020.
Dalam pengumumannya, Tan menulis, “Sejak Februari, kami telah melihat dampak nyata COVID-19 terhadap bisnis secara global, termasuk kami. Pada saat yang sama, menjadi jelas bahwa pandemi kemungkinan akan mengakibatkan resesi yang berkepanjangan dan kami harus mempersiapkan apa yang mungkin menjadi periode pemulihan yang panjang.”
“Selama beberapa bulan terakhir, kami telah meninjau semua biaya, mengurangi pengeluaran diskresioner, dan melakukan pemotongan gaji untuk manajemen senior. Terlepas dari semua ini, kami menyadari bahwa kami masih harus menjadi lebih ramping sebagai organisasi untuk mengatasi tantangan ekonomi paska pandemi.”
Dia menambahkan bahwa Grab akan melepas beberapa “proyek non-inti,” mengkonsolidasikan fungsi dan mengurangi ukuran tim. Mereka juga merealokasi lebih banyak sumber daya ke vertikal pengiriman sesuai permintaan.
Karyawan yang diberhentikan akan menerima sejumlah biaya termasuk pesangon, pertanggungan asuransi kesehatan sampai akhir tahun, pencairan cuti tahunan yang tidak digunakan, dan kredit GrabFlex.
Baca Juga:
Gojek Konfirmasi PHK 430 Karyawan
Berita terbaru, Gojek pun akan melakukan aksi PHK serupa terhadap ratusan karyawannya. Kevin Aluwi, Co-CEO Gojek, mengatakan sebanyak 430 karyawan akan dipecat oleh pihak manajemen.
“Dalam keputusan ini sebanyak 430 karyawan Gojek atau sekitar 9 persen dari total karyawan akan meninggalkan Gojek sebagai bagian dari evaluasi terhadap struktur perusahaan. Sebagian dari mereka merupakan staf GoLife dan GoFood Festival,” ujarnya.
Sebagai bentuk dukungan, Gojek berjanji akan memberikan pesangon kepada mereka yang terdampak. Dikatakan bahwa mereka akan menerima pesangon minimum gaji 4 pekan ditambah 4 pekan gaji untuk setiap tahun lamanya bekerja.
Selain itu, Gojek juga akan membayarkan cuti tahunan yang tidak digunakan, memperpanjang asuransi kesehatan hingga akhir 2020, dan memberikan perangkat elektronik berupa laptop yang digunakan para karyawan selama bekerja di Gojek. Hal ini dilakukan untuk mendukung para karyawan terdampak untuk mencari peluang lain.