Technologue.id, Jakarta - Di 2024, terdapat sejumlah kasus serangan siber yang menyasar Indonesia, baik menarget sektor keuangan maupun data yang dikelola oleh pemerintah. Sektor lain seperti pendidikan hingga energi dan manufaktur juga menjadi incaran peretas.
Sektor yang disebutkan di atas sering kali menjadi sasaran dibandingkan perusahaan layanan pinjaman online (pinjol). Benarkah perusahaan pinjol lebih aware terkait keamanan siber dan punya sistem keamanan yang lebih baik?
"Pinjol yang mengelola data tidak ada yang memiliki data dan cakupan seluas bank," kata Alfons Tanujaya, Pengamat Keamanan Siber Vaksincom kepada Technologue.id melalui pesan singkat.
Baca Juga:
Brain Cipher Tepati Janji, Kunci Berkas PDNS 2 Dirilis
Menurut Alfons, aplikasi mereka (pinjol) bersifat tertutup. Sehingga, paparan terhadap ancaman aplikasi pinjol akan sangat terbatas, "dan jumlah data base yang dikelola relatif kecil dibandingkan dengan bank".
Meskipun kecil kemungkinan menjadi target incaran peretas ketimbang bank, perusahaan pinjol dalam prakteknya banyak melakukan pelanggaran dalam mengelola data pelanggannya.
"(Perusahaan pinjol) melakukan eksploitasi data kontak di luar pelanggannya dengan meneror orang lain yang bukan pelanggannya yang didapatkan dari address book pelanggannya jika pelanggannya menunggak pembayaran," jelasnya.
Sekadar informasi, pada Desember 2023, terdapat sekitar 18,07 juta peminjam aktif di platform pinjaman online. Sebagian besar peminjam aktif berasal dari Pulau Jawa (73,34%), dengan sisanya dari luar Jawa (26,66%).
Pengguna pinjol cenderung berasal dari kalangan yang membutuhkan akses cepat dan mudah serta sering kali tidak memenuhi syarat untuk pinjaman bank.