Technologue.id, Jakarta – Mungkin, masyarakat awam pun belakangan jadi familiar dengan istilah malware atau ransomware. Gara-gara WannaCry yang kemudian disusul oleh Petya bulan ini, ancaman cyber itu pun jadi pembicaraan banyak orang. Hal tersebut memang wajar dan sekiranya malah perlu agar masyarakat, utamanya pengguna internet, jadi lebih waspada akan bahaya ransomware. Namun berdasarkan studi dari AV-Test dalam laporan Security Report 2016/17, ransomware bukanlah ancaman paling populer selama 2016. Distribusi tool yang biasa dimanfaatkan pihak tak bertanggung jawab untuk menguras harta korbannya itu tahun lalu cuma 0,94 persen. [caption id="attachment_19183" align="alignnone" width="600"] Distribusi serangan malware di Windows tahun 2016 (source: AV Test Security Report 2016/17)[/caption] Versi AV-Test, jenis malware terbanyak di tahun 2016 yang terdeteksi adalah virus (37,6 persen). Worm dan Trojan menyusul di posisi kedua dengan 25,44 persen dan 23,74 persen. Walau begitu, kehadiran ransomware tak patut untuk diremehkan. Sebab ransomware adalah malware berteknologi tinggi alias canggih. Selain itu, potensi kerugiannya juga tinggi karena mereka pada umumnya menarget lingkaran maya industri bisnis. Maka dari itu, jadi jelas mengapa perusahaan transportasi, bank, hingga bioskop dan rumah sakit menjadi korban serangan ransomware WannaCry dari berbagai negara. Jaringan beberapa universitas di China hingga sistem komputer kepolisian di India pun dilaporkan terinfeksi WannaCry. Sementara Petya sendiri sudah merontokkan tembok pertahanan minyak asal Rusia, agen periklanan terkemuka WPP, hingga perusahaan farmasi Merck & Co. Baca juga: Acronis Klaim Bisa Tangkis Ransomware Petya Begini Cara Mengantisipasi Ransomware Petya Waspada, “WannaCry Jilid Dua” Menyerang Lagi!
Contact Information
Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260
We're Available 24/ 7. Call Now.
SHARE:
SHARE: