Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Benarkah AI Punya Risiko Kepunahan Manusia Setara Perang Nuklir?
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Seiring merebaknya ChatGPT, Bard, dan model bahasa besar (LLM) lainnya, justru dinilai membawa ancaman kepunahan umat manusia oleh sekelompok pemimpin industri terkenal.

Dilansir dari Engadget (30/5/2023), organisasi yang terdiri dari peneliti, CEO perusahaan teknologi, hingga regulator telah mengeluarkan pernyataan yang secara efektif mengkonfirmasi risiko yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan (AI) tersebut.

"Mitigasi risiko kepunahan yang disebabkan oleh AI harus menjadi prioritas global bersama dengan risiko skala sosial lainnya seperti pandemi dan perang nuklir," tulis pernyataan sebagaimana dikutip dari web Center for AI Safety.

Baca Juga:
Pentingnya Keamanan dalam Penggunaan AI Chatbot

Statement itu disahkan oleh pemimpin industri AI, termasuk kepala eksekutif OpenAI Sam Altman dan kepala Google DeepMind Demis Hassabis. Peneliti pemenang Penghargaan Turing Geoffrey Hinton dan Yoshua Bengio, yang dianggap oleh banyak orang sebagai bapak baptis AI modern, juga ikut menyetujui risiko yang mungkin akan didorong oleh AI.

Kekhawatiran terhadap dominasi teknologi AI bukan ini pertama kali digaungkan. Pada bulan Maret lalu, petinggi perusahaan teknologi global seperti Elon Musk, Steve Wozniak, dan lebih dari 1.000 orang lainnya menyerukan jeda enam bulan terhadap perkembangan AI untuk memungkinkan industri dan publik mengejar teknologi secara efektif.

"Beberapa bulan terakhir telah melihat laboratorium AI terkunci dalam perlombaan di luar kendali untuk mengembangkan dan menyebarkan pikiran digital yang semakin kuat yang tidak seorang pun - bahkan developernya - dapat memahami, memprediksi, atau mengontrol dengan andal," surat itu menyatakan.

Baca Juga:
Langkah IBM Manfaatkan AI Tangkal Serangan Siber

Dari sisi negatif, AI sudah menimbulkan risiko penyalahgunaan dan bahaya melalui deepfake, disinformasi otomatis, dan banyak lagi. LLM juga dapat mengubah cara produksi konten, seni, dan sastra, yang berpotensi memengaruhi banyak pekerjaan.

Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden baru-baru ini menyatakan masih memantau perkembangan teknologi AI. Ia berpendapat, perusahaan teknologi memiliki tanggung jawab untuk memastikan produk mereka aman sebelum dipublikasikan.

Bila dipandang dari sisi positif, AI dapat membantu menangani beberapa tantangan yang sangat sulit seperti penyakit dan perubahan iklim, namun di saat lain juga harus mengatasi potensi risiko bagi masyarakat, ekonomi, dan keamanan nasional.

SHARE:

Google Batal Bikin Pixel Tablet 2, Hindari Persaingan dengan Apple?

Ini Respons Kemenperin soal Proposal Investasi Apple Rp1,58 Triliun