Technologue.id, Jakarta - Beberapa perusahaan teknologi terpaksa harus merumahkan sejumlah karyawannya. Hal ini dilakukan demi mengurangi pengeluaran serta meneruskan operasional bisnis yang berkelanjutan.
Setelah TikTok kemarin, kini giliran eBay yang akan mengurangi jumlah karyawan mereka. "Untuk mengurangi jumlah kontrak yang kami miliki dalam tenaga kerja alternatif kami selama beberapa bulan mendatang," tulis CEO Jamie Iannone dalam pesan kepada staf yang berjudul, "Memastikan Kesuksesan Jangka Panjang eBay."
Baca Juga:
Apa Saja Program Menarik di Tecno Phantom V Flip 5G Grand Exhibition?
Iannone mengutip, "lingkungan makroekonomi yang menantang" dan mengatakan bahwa eBay memiliki terlalu banyak karyawan. “Meskipun kami membuat kemajuan dalam strategi kami, jumlah pegawai dan pengeluaran kami secara keseluruhan telah melampaui pertumbuhan bisnis kami,” tulisnya.
eBay meminta semua karyawannya yang berbasis di AS untuk bekerja dari rumah pada Rabu “untuk memberikan ruang dan privasi” untuk percakapan di mana karyawan yang di-PHK akan diberi kabar buruk. PHK 1.000 orang terjadi hampir satu tahun setelah sebelumnya eBay memberhentikan 500 karyawannya.
eBay melaporkan pendapatan USD2,5 miliar dalam pendapatan kuartal terbarunya, untuk Q3 2023, meningkat 5 persen dari tahun ke tahun. Laba bersih Kuartal 3 tahun 2023 adalah USD1,3 miliar, sedangkan perusahaan melaporkan rugi bersih sebesar USD70 juta pada Kuartal 3 tahun 2022. Sementara pendapatan operasional Kuartal 3 eBay adalah USD455 juta, turun dari USD568 juta pada tahun sebelumnya.
eBay juga mengatakan pihaknya "mengembalikan USD783 juta kepada pemegang saham di Q3, termasuk USD651 juta pembelian kembali saham dan USD132 juta pembayaran dividen tunai". Harga saham eBay sempat naik 0,48 persen, namun turun sekitar 5 persen bulan ini.
"Pada Q3, kami memenuhi atau melampaui ekspektasi di seluruh metrik keuangan utama kami,” kata Chief Financial Officer eBay Steve Priest.
“Neraca dan ketelitian operasional kami yang kuat memungkinkan kami beradaptasi terhadap perubahan yang berkembang dalam lingkungan makro yang dinamis ini. Kami akan terus bersikap hati-hati dengan efisiensi biaya, menabung untuk berinvestasi di masa depan, sambil tetap menjadi pengelola modal yang baik bagi para pemegang saham kami," jelasnya.
The Wall Street Journal menunjukkan beberapa tantangan yang dihadapi perusahaan di masa depan. “Perusahaan berada di bawah tekanan di tengah meningkatnya persaingan dari Amazon.com dan Walmart, serta dari pengecer baru Tiongkok seperti Temu dan Shein,” tulis WSJ.
“Suku bunga yang tinggi dan inflasi yang tinggi di AS dan negara-negara besar lainnya juga membebani belanja konsumen," tambahnya.