Technologue.id, Jakarta - Salah satu yang membuat Ukraina bertahan dari invasi Rusia adalah karena adanya dukungan drone tempur Bayraktar TB2 pasokan Turki. Kini kemampuan serang militer mereka bakal bertambah kuat dengan rencana kehadiran drone andalan AS dalam memerangi terorime, Predator dan Reaper.
Jika Bayraktar TB2 sudah membuat Rusia rugi besar, tak bisa dibatangkan kalau Paman Sam benar-benar mengirim dua drone menakutkan tersebut. Sebab spesifikasi Bayraktar TB2 jauh lebih rendah ketimbang drone buatan General Atomics.
Kabar kedatangan Predator dan Reaper mengemuka setelah Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat, Oksana Markarova, mengatakan pada Washington Post, dirinya telah bertemu produsen drone, General Atomics. Mereka berdiskusi tentang kemungkinan drone mereka memperkuat militer Ukraina.
Baca juga:
Apple Mau Buat Drone?
Sementara Juru bicara General Atomic, Mark Brinkley, mengatakan, pengiriman drone membutuhkan lampu hijau Washington.
Bicara spesifikasi, kedua drone tentunya sangat membantu daya gedor pasukan Ukraina. Untuk daya angkut, Drone Reaper sanggup menanggung beban 1,7 ton atau 10 kali lipat dibandingkan Bayraktar TB2.
Dipiloti secara remote, MQ-9 Reaper bisa terbang dengan kecepatan 400 kilometer per jam. Drone juga bisa menyerang di lokasi manapun dan memperlihatkan tayangannya secara real-time. Karena itu, drone bisa difungsikan untuk melakukan misi pengintaian.
Dibanderol Rp893 miliar per unit, MQ-9 Reaper dapat membawa empat misil Hellfire dengan daya ledak dahsyat dipandu laser. Canggihnya lagi, drone terbang dalam mode senyap sehingga tak menimbulkan suara yang mencurigakan target.
Untuk operasional, MQ-9 Reaper dapat terbang selama 30 jam. Dengan catatan, ketika membawa persenjataan penuh, maka lama jelajag turun menjadi 23 jam jika.
Drone juga dibekali dengan sistem sensor dan radar canggih. Sistem MTS-B (Multi-Spectral Targeting System) yang dibawanya mampu melacak target yang bergerak cepat.
Diperkenalkan pada Mei 2007, MQ-9 Reaper bisa terbang sampai ketinggian 15 kilometer agar ideal untuk pengintaian dan mendukung pergerakan tentara di bawahnya. Drone telah mencicipi medan perang di Afghanistan, Irak dan Afrika.