Technologue.id, Jakarta - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkap tantangan terbesar dalam industri Internet Service Provider (ISP) di Indonesia yakni kesulitan mendapat pendanaan dari institusi perbankan.
"Ada 1100 (anggota APJII), tapi masih ada ribuan lagi penyelenggara yang ingin berkembang. Sayangnya, akses ke perbankan itu tidak mudah. Kita ingin ada dukungan dari perbankan," ujar Syachrial Syarif, Wakil Ketua Bidang Regulasi dan Advokasi APJII, dalam sesi GeekTalk di Technologue Award 2024, Senin (26/8/2024), di Jakarta.
Baca Juga:
GeekTalk: Tantangan Utama Dunia Telekomunikasi Indonesia di 2024
Kemudian Syachrial juga membeberkan tantangan dari aspek regulasi. Diantaranya Peraturan Daerah yang tidak sejalan dengan percepatan penetrasi, tidak hanya di Pulau Jawa namun juga hingga seluruh wilayah. Selain itu, ada juga kendala untuk membangun iklim kompetisi yang sehat, penegakan hukum atas jasa jual kembali, serta beban regulasi (Regulatory Charges) atau biasa dikenal sebagai PNBP yang masih perlu dievaluasi.
"Tantangan ini yang kita harapkan bisa kita komunikasikan, selesaikan, kita minta bantuan ke beberapa stakeholder lain. Karena ada operator yang 'meninggal' karena tidak mampu membayar PNBP, misalnya. Kita tidak inginkan hal itu," katanya.
Baca Juga:
GeekTalk Ungkap Starlink hingga Aplikasi Digital Tingkatkan Layanan Kesehatan
Lalu dari sisi teknis, keterbatasan infrastruktur juga terus menjadi tantangan terbesar dalam industri ISP di Indonesia. Adapun kendala infrastruktur yang dimaksud adalah pemanfaatan dan resources frekuensi yang sudah tidak memadai.
Meski demikian, APJII memandang tingkat penetrasi internet masih potensial untuk ditingkatkan seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat. Wacana kecepatan internet Indonesia minimal 100 Mbps bakal mendorong pertumbuhan adopsi internet di tanah air,
"Bila performance bagus maka penetrasi internet meningkat," ucap Syachrial.