Technologue.id, Jakarta – Gempa bumi berkekuatan 7,4 SR yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, dan sekitarnya yang lantas diikuti oleh tsunami telah menelan lebih dari 1.000 korban jiwa. Bencana ini sebaiknya dijadikan momentum pembelajaran bagi banyak pihak, mulai dari memitigasi hingga menanggulanginya. Kehadiran teknologi termutakhir setidaknya bisa membantu kebutuhan itu, seperti karya para peneliti dari Department of Geophysics Stanford University ini. Dalam riset ilmiahnya, para ilmuwan itu telah mengembangkan sebuah sistem AI bernama Cnn-Rnn Earthquake Detector atau CRED. Melansir VentureBeat.com (05/10/2018), gunanya adalah untuk mengidentifikasi dan mengisolasi berbagai sinyal seismik dari data yang dikumpulkan.
Baca juga:
Tiru Huawei, Samsung Galaxy S10 Kenakan Chip Khusus AI?
Untuk melatih dan memvalidasi sistem AI pendeteksi gempa ini, para peneliti menggunakan sumber data berkelanjutan yang dicatat di Guy-Greenbrier, Arkansas, selama tahun 2011 yang berisi 3.788 kejadian. Ada juga data dari 889 stasiun pemantauan di California Utara. Hasilnya, sistem ini mampu memprediksi sinyal gempa secara luas, baik peristiwa seismik kecil atau lokal hingga skala besar. Temuan penting lainnya, AI ini tidak membutuhkan sinyal panjang dan penuh untuk mendeteksi gempa bumi.Baca juga:
Google Kembangkan AI untuk Ajak Anda Olahraga
Contohnya, ketika diberi data dari Guy-Greenbrier, CRED sukses mendeteksi 1.102 gempa bumi mikro dan gempa bumi yang disebabkan oleh rekah hidrolik, injeksi air limbah, dan gerakan lempeng tektonik. Seribuan gempa yang terdeteksi itu juga termasuk 77 kejadian yang belum pernah dikatalogkan sebelumnya. Untuk sementara, peneliti merasa puas dengan CRED. Begitu sistem ini telah mendapat latihan dan mempelajari data yang cukup, CRED layak diaplikasikan ke aliran data seismic secara real-time dan memberikan sistem peringatan dini atas gempa yang akan terjadi.Baca juga:
CRED sendiri dimutakhirkan dari AI karya Harvard University dan Google. Mereka berdua di bulan Agustus lalu telah membuat model AI yang dapat memprediksi lokasi gempa susulan hingga satu tahun setelah suatu gempa besar terjadi.