Technologue.id, Jakarta - Negara Korea Utara mulai melakukan modernisasi jaringan seluler di beberapa wilayah di luar pusat ibu kota Pyongyang. Korea Utara dilaporkan telah membeli perangkat bekas yang sebagian besar milik Huawei, guna meningkatkan jaringan telekomunikasinya.
Seperti dilansir situs berita lokal Daily NK, peralatan Huawei akan digunakan untuk meningkatkan base transceiver station (BTS) 3G di kota-kota besar seperti Pyongang, Nampo, Pyongsong, Sariwon, Wonsan, dan Hamhung.
Laporan berita lokal mengatakan pemerintah Korea Utara mulai mengganti peralatan telekomunikasi pada bulan Oktober untuk meningkatkan jaringan 3G yang ada serta membuka jalan bagi pembentukan layanan berbasis 4G di negara tersebut.
Baca Juga:
Prediksi Perkembangan Jaringan 5G di Indonesia yang Hadapi Sejumlah Tantangan
Dengan menggunakan peralatan bekas Huawei, Korea Utara secara bertahap mengganti repeater, monitor jarak jauh, penguat transmisi dan penerimaan radio, kontrol pemrosesan sinyal radio di stasiun-stasiun base transceiver.
Pihak berwenang Korea Utara telah menyelesaikan pembangunan menara seluler 4G di beberapa wilayah di negara ini – dengan tujuan membangun lebih dari 80% menara seluler yang direncanakan pada tahun 2025. Saat ini, layanan 4G sebagian besar tersedia di distrik pusat ibu kota, Pyongyang.
"Orang-orang yang berlangganan jaringan baru mengatakan sinyalnya sangat bagus, tanpa gangguan saat menjelajahi internet atau menonton acara,” kata sumber yang tidak disebutkan namanya kepada Daily NK.
Baca Juga:
Adopsi 5G Meningkat, Data Trafik Seluler Capai 66GB Per Bulan
Namun, sumber tersebut menambahkan bahwa sinyal tersebut menghilang ketika pengguna berada jauh dari pusat kota. Hal ini mendorong masyarakat Korea Utara untuk menunggu hingga jangkauan 4G di seluruh negaranya meningkat secara signifikan sebelum berlangganan jaringan baru tersebut. Perangkat seluler di Korea Utara tidak otomatis beralih ke 3G ketika sinyal 4G lemah.
“Orang-orang dengan perangkat 4G tetap menggunakan perangkat 3G mereka, menggunakan kedua ponsel secara bersamaan,” kata sumber anonim kepada media lokal. Hal ini terjadi di tengah jaminan dari pemerintah akan cakupan 4G yang kuat dengan sinyal yang menjangkau daerah-daerah yang sebelumnya merupakan zona mati, termasuk di bawah tanah.